Dalam bahasa Arab, sholat bermakna  
doa, tetapi unsur sholat meliputi doa, pujian dan gerak. Dalam  
perspektif way of life seorang muslim, sholat adalah tugas hidup, bukan 
 tujuan. Seperti halnya ibadah yang lain, sholat mempunyai aspek bentuk 
 yang dapat dilihat dengan mata kepala, dan aspek esensi yang merupakan 
 makna sebenarnya dari ibadah. Pada tataran teori, sholat dapat mencegah
  perbuatan keji dan mungkar. Akan tetapi pada tataran praktek,  
sebagaimana juga ibadah lain, bisa saja sholat tidak bermakna apa-apa.  
Oleh karena itu seperti yang disebut al Qur’an, bagi orang-orang yang  
menjalankan sholat masih disediakan neraka Wail (wailun lil musallin,  
Q/107:4). Pada orang tertentu, salat masih dirasakan sebagai kewajiban, 
 pada orang lain, mungkin sudah dirasakan sebagai kemestian, dan  
selanjutnya ada orang yang merasakan sholat sebagai kebutuhan, bahkan  
sebagai idaman yang menggairahkan. 
Bagi Nabi, sholat sejajar dengan hobi atau kegemaraan dalam kehidupan  
sehari-hari. Hanya orang yang sudah maqamnya, yang dapat merasakan  
kemesraan hubungan dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam “ruang”  
sholat seperti kemesraan sepasang kekasih.
Di dalam sholat orang yang maqamnya seperti itu terdapat nuansa  
komunikasi yang sangat intim sehingga seusai sholat wajahnya  
berseri-seri, hatinya tenteram dan sepanjang waktu rindu untuk kembali  
sholat. Bacaan dalam sholat berisi pujian dan doa yang sudah ditentukan,
  tetapi di dalam sholat boleh mengajukan permintaan lain diluar yang  
dibaca. Doa dalam sholat boleh diajukan dengan bahasa sendiri yang kita 
 mengerti, karena orang yang berdoa memang harus mengerti apa yang  
diminta namun itu hanya boleh diungkapkan dalam hati saja.
Dalam struktur syari’at Islam, sholat merupakan kewajiban yang harus  
dilakukan oleh kaum mukmin (inna as salat kanat ‘ala al mu’minin kitaban
  mauquta,Q/4:103). Sebagai kewajiban yang bersifat sentral, sholat 
tidak  cukup dikerjakan sekali-sekali, tetapi bersistem sepanjang hidup 
 manusia. Oleh karena itu perintah sholat bukan untuk mengerjakan, 
tetapi  mendirikan sholat (iqam as sholati), yakni mengerjakan dengan 
mengikuti  sistemnya. Jika sholat dikerjakan dengan mengikuti sistemnya,
 maka ia  akan berfungsi bagi yang mengerjakannya, seperti maksud 
syari’at sholat.  Jika sholat hanya dikerjakan tanpa mengikuti sistemnya
 maka yang  tertinggal hanyalah bentuk ritual sholat yang tidak relevan 
dengan  fungsinya. sholat lima waktu merupakan tugas wajib, oleh karena 
itu ia  tidak dimaksud untuk apa-apa selain mematuhi kewajiban.
Untuk mencari nilai plus hubungan manusia dengan Allah Subhanahu Wa  
Ta'ala, misalnya ingin dekat dengan Allah, maka itu bukan dengan sholat 
 wajib, tetapi dengan sholat sunnat (nawafil).
Diantara fungsi sholat adalah (1) untuk berkomunikasi dengan Allah, (2) 
 media zikir kepada Allah dan (3) untuk membangun kepribadian.
Komunikasi antara seorang manusia dengan Allah, bisa berupa permintaan  
(doa), pengaduan, konsultasi, bisa juga sebagai pelepas kerinduan.  
Sholat Istikharah misalnya adalah bentuk permintaan seorang manusia  
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar diberi kemampuan memilih  
(dipilihkan yang terbaik) dari pilihan-pilihan yang sulit.
Jawaban dari istikharah dapat diketahui melalui tiga jalan. (1) melalui 
 isyarat naumiyyah, yakni isyarat mimpi yang melambangkan apa yang  
sebaiknya dipilih, (2) jawaban itu disampaikan melalui nasehat dan saran
  banyak orang, yang terasa sehat, masuk akal dan menyejukkan, dan (3)  
melalui ketajaman nurani dimana hati menjadi sangat yakin atas  
pilihannya meski boleh jadi ditentang oleh seluruh penduduk bumi. 
Adapun jika seorang mukmin mempunyai permintaan khusus kepada Allah  
Subhanahu Wa Ta'ala, maka kepadanya dianjurkan untuk mengerjakan sholat 
 hajat. Al Qur’an memang mengisyaratkan bahwa permohonan pertolongan  
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala bisa dilakukan dengan sabar dan sholat,
  ista’i nu bi as sobri wa as salat. (Q/2:45, 153)
Jika orang mengerjakan sholat istikharah disebabkan karena kurang  
percaya diri dalam mengambil keputusan, maka sholat hajat dilakukan  
sehubungan dengan telah adanya keputusan yang diambil dan langkah yang  
sudah dimulai. Dalam keyakinan atas pilihan itulah orang bermohon agar  
apa yang diyakini telah diridai Allah itu terlaksana dengan baik. 
Perhatikan kandungan doa sholat hajat seperti yang diajarkan oleh Rasul di bawah ini: 
Artinya: Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Penyantun lagi Mulia. Maha  
Suci Allah, Pemilik ‘Arasy yang Agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan  
semesta alam. Aku mohon kepada Mu hal-hal yang mendatangkan (a) rahmat  
Mu, (b) ampunan Mu, (c) perlindungan Mu dari dosa, (d) peluang meraih  
segala kebajikan dan (e) terbebas dari kesalahan. Ya Allah aku mohon  
kepada Mu, jangan Engkau biarkan dosaku tanpa Engkau ampuni, dan jangan 
 Engkau biarkan kesulitanku, tanpa Engkau beri jalan ke luar, dan jangan
  Engkau biarkan hajatku yang telah Engkau ridai, tanpa Engkau kabulkan,
  wahai Tuhan yang Maha Pengasih.